Selamat Datang Di Beranda Chemerlap, Kami Bukan Aktifis Tapi Kami Tetap Peduli Pada Negara Kami, Dan Kami Akan Terus Menatap Ke Depan Demi Negara Ini Dan Jadikan Sejarah Bangsa Ini Sebagai Referensi Menata Masa Depan ,
''The Youth of The Nation Never Die''

Sabtu, 08 Januari 2011

CATATAN SANG ANAK NEGERI

Lahir di planet manakah aku ini,,
Suatu malam salah satu rumah sakit di sebuah kota yang waktu itu dikatakan kota yang dipandang ujung di belahan timur,entahlah nama itu diberi karena pembangunan saat itu baru sampai di kota ini belum sampai ke timur jauh, lahirlah aku sebagai bayi laki-laki yang di beri nama seperti nama salah seorang pajabat di negeri ini,mungkin nama itu diberikan kepada aku dengan harapan aku bisa menjadi salah satu petinggi di negeri ini.
Waktu demi waktu berjalan aku telah menjadi seorang bocah kecil yang tidak tahu bagaimana negeri ini menata kelangsungan hidupnya,aku tidak tahu apa itu korupsi, kolusi, dan nepotisme,setelah berpuluh-puluh tahun baru aku tahu apa itu korupsi,kolusi, dan nepotisme, yang saya tahu dari bapak ibu guru sejarah di sekolah bahwa negeri ini adalah negeri yang hebat yang punya para pahlawan yang heroik di medan perang dan meja perundingan,aku ga pernah tanya seheroik apakah mereka karena dari penjelasan bapak ibu guru aku telah puas,setiap tanggal 17 Agustus tiap tahunnya negeri ini meriah memperingati kebebasan dari cengkeraman para penjajah setelah berabad-abad dijajah yang direbut dari tumpah darah pahlawan negeri ini. Sebagai putera negeri ini aku bangga lahir di negeri ini, mungkin saat itu kebanggaan itu muncul karena ketidaktahuan aku tentang negeri ini dan hanya mendengarkan ibu guru berceloteh tentang kehebatan negeri ini.
Ditetapkanlah oleh sang penguasa bahwa hanya satu asas ideologi di negeri ini yaitu Pancasila,siapapun yang melawan sang penguasa akan dicap tidak pancasilais,entahlah pancasila digunakan penguasa sebagai alasan pembenar untuk menindas lawan-lawan politik sang penguasa itu sama sekali aku tidak tahu karena memang aku tidak peduli yang hanya sebagai bocah kecil penerus negeri ini kelak. Rakyat negeri ini disuguhkan berita-berita hebat tentang negeri ini seolah-olah negeri ini adalah negeri yang adil,makmur dan sentosa tanpa ada penindasan dari penguasa. Rakyat di nina bobokan dengan berita-berita pembangunan yang kesuksesannya dipusatkan pada suatu figur yang digambarkan sebagai bapak pembangunan. Pemilu diadakan sebagai pesta demokrasi formalitas dengan hasil dari tiap periode ke periode berikutnya adalah sama dengan pemenangnya adalah si kuning, si hijau dan si merah hanyalah pelengkap demokrasi saja,tapi masih aku tidak peduli dengan semuanya aku hanya bocah kecil yang tidak mengenal apa itu politik.
Hingga ku beranjak remaja aku bingung melihat mahasiswa turun ke jalan meneriakkan reformasi yang sama sekali aku tidak tahu apa itu reformasi, belakangan baru aku tahu bahwa reformasi itu adalah sebuah perubahan ke arah yang lebih baik buat negeri ini sesuai cita-cita founding father negeri ini, di teriakkanlah yel-yel untuk memberantas korupsi,kolusi,nepotisme, dan adanya pergantian sang penguasa. sekali lagi mahasiswa sebagai agent of change telah merubah negeri ini di atas sebuah kata yaitu reformasi, sang penguasa akhirnya lunak dan turun dari tampuk kekuasaan yang telah lama diduduki, maka negeri ini masuk dalam babak baru yaitu era reformasi, era dimana kebebasan bersuara tidak lagi dikekang,bermunculanlah para politisi bak jamur dimusim hujan, mereka keluar dari persembunyian mereka selama ini dan ada juga politisi yang selama ini menjadi kaki tangan sang penguasa tiba-tiba berubah arah melawan sang penguasa serta mendukung reformasi.
Waktu tidak terasa aku juga sudah masuk dalam babak baru kehidupan sebagai seorang mahasiswa, muncullah pemikiran idealis dan pemikiran kritis aku, aku mencari tahu apa sebenarnya yang telah terjadi negeri ini, ternyata negeriku ini begitu sakit telah terhianati oleh putera mereka sendiri, sejak sang penguasa diktator berkuasa negeri ini bagai permadani yang indah digelar tapi dibawah permadani itulah kebusukan sang penguasa tersembunyi hingga era reformasi mengungkap semua keburukan sang penguasa, harta kekayaan negeri ini dijual ke pihak asing demi keuntungan pribadi sang penguasa dan konco-konconya, demokrasi dikekang karena demokrasi saat itu hanya sebagai alasan pembenar tapi sesungguhnya aristokrasilah bersembunyi di balik demokrasi, hukum dan politik hanyalah sebagai sandiwara, pembangunan meningkat tapi dana pembangunan itu berasal dari utang luar negeri yang kelak akan membebankan rakyat negeri ini, korupsi, kolusi, dan nepotisme begitu bebasnya dipraktekkan.
Reformasi sebuah kata yang indah tapi tak seindah yang kenyataan yang terjadi,reformasi yang tujuannya ke arah lebih baik tidak pernah tercapai hingga satu dekade labih era reformasi berjalan, masih saja ketidakadilan merajalela,korupsi, kolusi, n nepotisme,sandiwara hukum dan politik tetap dipraktekkan,malah semua di negeri ini dapat dibeli dengan uang, yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin,suap menyuap adalah santapan sehari-hari para aparat. negeri ini bagai kata pepatah 'lepas dari mulut singa masuk ke mulut buaya'. mahasiswa sebagai motor penggerak reformasi hanya bisa mendobrak zaman tapi tidak bisa mengawal zaman. Para aktifis-aktifis mahasiswa pembakar jiwa reformasi entah kemana yang sejatinya adalah sang perubah,apakah mereka telah dirubah zaman bkan lagi mereka merubah zaman. Hingga saat ini negeri ini dalam degradasi moral yang jatuh ke titik nol. Hukum sejatinya adalah panglima malah terkapar terinjak n terludahi oleh orang-orang yang berduit. Sang panglima yang dapat dinilai dengan uang. Sungguh ironi negeri ini,, sampai kapan negeri ini sakit,,sebuah negeri yang terhianati oleh putera-putera mereka sendiri. Sang ibu pertiwi yang diperkosa oleh degradasi moral.
Ya Tuhan berikanlah karunia buat negeri ini. Amin...
Marx Uppy 07/01/2011 1:24 am

Tidak ada komentar: